Home Atjeh Meurdehka Konsep-konsep kunci ideologi Acheh Merdeka

Konsep-konsep kunci ideologi Acheh Merdeka

by admin

Diketik ulang sesuai dengan yang aslinya dari Majalah Suara Acheh Merdeka, Edisi VII, July, 1996 Konsep-konsep Kunci Ideologi Acheh Merdeka Oleh: Teng

Diketik ulang sesuai dengan yang aslinya dari Majalah Suara Acheh Merdeka, Edisi VII, July, 1996

Konsep-konsep Kunci Ideologi Acheh Merdeka

Oleh: Tengku Hasan di Tiro

Kepala Negara Acheh Merdeka Yang ke-41

Sejarah adalah Sunnah

(Undisputed History)

Sejarah Acheh wajiblah dipahami sedalam-dalamnya dan sebenar-benarnya sebagai sebuah sejarah yang tidak boleh dipertengkarkan (undisputed history), sama sebagai Sunnah dalam Islam.

Sejarah Acheh adalah satu sejarah yang berdiri sendiri, yang terang benderang, yang diketahui oleh seluruh dunia dan tertulis dalam segala bahasa dengan segala bukti dan dokumentasi Hukum dan Politik yang diperlukan. Sejarah Acheh bukanlah satu sejarah yang boleh dan dapat dipertengkarkan (a disputed history). Ini harus diketahui dan disadari oleh semua dan setiap bangsa Acheh. Disinilah asal usul mereka. Dari sinilah timbul pusaka dan hak mereka di muka bumi.

Selama 50 tahun penjajahan indonesia-jawa Sejarah Acheh sudah dibuat oleh sipenjajah dan kaki tangannya menjadi satu sejarah yang dapat dipertengkarkantegasnya menjadi satu disputed history yang dapat dipertengkarkan mereka dengan orang-orang bodoh. Inilah satu dari alat-alat penjajahan yang paling berbahaya yang selalu dilakukan oleh sipenjajah atas bangsa-bangsa yang dijajah mereka. Dengan membuat Sejarah Acheh menjadi satu disputed history maka pikiran bangsa Acheh dapat dikacau-balaukan, mereka tidak bisa berpikir lurus lagi, dan kepercayaan kepada nenek-moyang dan diri-sendiri hilang lenyap.

Inilah satu pemalsuan sejarah yang mengurangi arti sejarah itu sendiri sehingga tidak bisa dipakai lagi sebagai tempat berpijak; tidak bisa dipakai lagi sebagai alasan untuk memelihara dan menuntut Hak. Keadaannya sudah begitu rusak sehingga kalau kita mengatakan kepada si penjajah indonesia-jawa sekarang tentang sejarah Acheh yang benar maka mereka sudah siap sedia menjawab dengan kata-kata yang sudah dikalengkan mereka: “itu versy kamu” artinya hanya cerita kita saja, sedang cerita-cerita bohong mereka itulah yang sudah diajarkan di sekolah-sekolah selama setengah abad belakangan ini yang tidak ada kebenarannya selain untuk membenarkan penjajahan indonesia-jawa atas kita. Inilah pengertian sejarah bodoh yang dipropagandakan di indonesia-jawa sejak berdirinya di tahun 1945 sampai sekarang, 1996. Propaganda mereka ini sama sekali tidak berdasarkan ilmiah dan tidak seperti dipahami oleh bangsa-bangsa maju dunia.

Dalam sejarahnya yang panjang itu Acheh adalah satu kerajaan yang bersejarah dan berdaulat yang diakui dunia sejak ribuan tahun lamanya. Gerakan Acheh Merdeka sudah mengumpulkan lebih dari cukup dokumentasi-dokumentasi yang membuktikan kebesaran sejarah Acheh itu. Ahli sejarah Inggris, William Marsden telah menulis dalam bukunya The History of Sumatra, London, 1783, sebagai berikut:

Acheh hanyalah satu-satunya kerajaan Sumatera yang pernah berhasil mencapai kedudukan politik yang begitu penting di mata bangsa bangsa barat, sehingga adalah membuat setiap Gerakan kerajaan Acheh itu menjadi acara Sejarah Dunia…dan pemimpin-pemimpin Acheh menerima perwakilan-perwakilan dari kerajaan-kerajaan Eropa.” (Achin, properly Acheh, is the only kingdom of Sumatra that ever arrived to such a degree of political consequence in the eyes of the Western people, as the occasion its transactions becoming the subject of general history…and its princes received embassies from all the great potentates of Europe. “ p. 396)

Tetapi mengapa dan bagaimana Acheh yang merdeka dan berdiri sendiri dengan Sejarahnya yang terpisah dan tidak ada sangkut-paut dengan pulau Jawa itu akhirnya menjadi ‘indonesia’ pada tahun 1945 atau pada tahun 1949 itu? Bagaimana mungkin anak harimau bertukar menjadi anak biri-biri?

Suatu penipuan, penggelapan, pemalsuan besar-besaran sudah terjadi mulai tahun 1945 itu sehingga bangsa Acheh berhasil dipropagandakan bertukar menjadi satu bangsa pura-pura ‘indonesia’ yang tidak bersejarah, tidak berbahasa, tidak berbudaya, dan tidak bernegeri yang sah itu. Dalam process itu bangsa Acheh dan negeri mereka yang kaya raya sudah menjadi milik sipenjajah Jawa. Sejak itu bangsa Acheh sudah mereka perhambakan, boleh mereka bunuh  dan sembelih sesuka hati mereka sebagai yang telah terjadi sekarang setiap hari.

Bagaimana hal yang sangat merugikan dan memalukan itu bisa terjadi? Supaya pasti-pasti hitung ditahun berapa? Waktu Acheh dibawah pimpinan siapa? Mengapa? Ini semua harus kita jawab dengan segala kejujuran dan wajib menerima segala kenyataan. Sebab kalau kita tidak memahami kesalahan-kesalahan yang sudah dibuat, maka kita akan mengulangi membuat kesalahan-kesalahan itu juga dimasa yang akan datang! Jika tidak tahu belajar dari pengalaman-pengalaman yang sudah-sudah maka mustahillah untuk dapat memerdekakan diri sendiri kembali.

Bangsa Jawa sudah menamakan penipuan besar-besaranyang sudah mereka lakukan atas kita sebagai “REVOLUSI” dan kita ikut serta memajukannya. Padahal itu adalah satu revolusi yang benar hanya untuk bangsa Jawa saja dimana mereka sudah berhasil menukar status mereka dari bangsa hamba-sahaya, yang tidak pernah merdeka, menjadi satu bangsa merdeka dan menjadi bangsa tuan-tuan bukan saja atas tanah mereka sendiri, pulau Jawa, tetapi juga atas bangsa dan negeri kita Acheh, Sumatera dan lain sebagainya. Haruslah kita akui bahwa bagi bangsa Jawa itu memang satu revolusi, satu perobahan nasib yang luar biasa bagi mereka itu. Tetapi bagi bangsa Acheh dan bangsa-bangsa Sumatra yang lain-lain apakah itu benar-benar satu revolusi pula? Jauh panggang dari api!“Revolusi” indonesia-jawa itu sama sekali bukan revolusi untuk kita. Lebih-lebih bagi bangsa Acheh yang mempunyai sejarah besar, apa yang terjadi pada tahun 1945 itu bukanlah satu revolusi, tetapi adalah satu tragedy, satu pembodohan dan perbudakan yang mereka menghina kita dan nenek-moyang kita serta keturunan kita yang akan datang.

Dan buku-buku yang ditulis oleh keturunan sesat itu (the lost generation) yang sebenarnya harus kita namakan pengkhianat-pengkhianat bangsa mereka sendiri yang membenarkan “revolusi” Indonesia-jawa itu masih juga dipakai yakni dibenarkan sampai sekarang oleh mereka-mereka yang buta huruf politik. Ini masih terjadi 20 tahun sesudah kita menyatakan Acheh Merdeka dan masih ada bangsa Acheh sendiri yang masih menulis tentang “revolusi” indonesia-jawa itu seakan-akan satu “revolusi” sesunguhnya pada hal hanyalah satu perbudakan oleh bangsa Jawa atas bangsa-bangsa bukan Jawa yang masih buta huruf dalam politik dan ekonomi!

Ini disebabkan karena sipenjajah Jawa telah berhasil dalam waktu 50 tahun ini untuk mempengaruhi alam pikiran anak jajahan mereka – termasuk bangsa Acheh – lewat sistem Pendidikan kolonial mereka untuk membuat orang-orang bukan Jawa tidak pandai berpikir sendiri lagi dan hanya membeo kepada apa saja yang dikatakan oleh sipenjajah Jawa itu dari Jakarta!

Buku-buku mengenai revolusi indonesia-jawa ini tidak bisa dipakai untuk membenarkan ideologi Acheh Merdeka. Bagaimana sumber-sumber “revolusi” indonesia-jawa dan agen-agen mereka yang telah membuat sejarah Acheh menjadi disputed history masih kita pakai sebagai sumber kita? Ini bermakna masih buta huruf dalam politik, ekonomi, hukum dan sejarah.

Demikian juga sejarah Acheh yang diperlukan untuk menegakkan Acheh Merdeka adalah SEJARAH KERAJAAN ACHEH yang merdeka dan berdaulat mulai 1500 tahun sampai sekarang (1996), yang ada dokumentasinya dalam sejarah dunia, dalam peta dunia, dan dalam diplomatic correspondence atau surat menyurat antara negara-negara/kerajaan-kerajaan merdeka. Itulah KERAJAAN ACHEH yang kepadanya sudah diaddresskan Declaration of War (Pernyataan Perang) oleh kerajaan Belanda pada 26 Mart, 1873, suatu tindakan negara yang menurut Hukum Internasional mempunyai akibat legal yang kekal dan bangsa Acheh berhak memajukan tuntutan-tuntutan bayar ganti rugi dari Kerajaan Belanda yang wajib membayarnya!

Sedang kerajaan-kerajaan Acheh yang lama sebelum itu dalam sejarah yang tidak mempunyai dokumentasi dunia yang pasti-pasti seperti kerajaan-kerajaan Pidië, Pasè, Peureulak, Lingga, Daya, dan sebagainya; tidaklah bijaksana menghubung-hubungkan kerajaan-kerajaan lama itu dengan Kerajaan Acheh yang dimulai oleh Sultan Ali Mughayat Syah dengan perang melawan Portugis dan berakhir dengan dan berakhir dengan gugurnya Wali Negara Acheh yang terakhir, Tengku Ma’at di Tiro dalam perang besar dengan Belanda pada 3 Desember, 1911.

Membawa nama-nama Kerajaan Acheh lama yang tidak diakui oleh dunia dalam perkara perang kemerdekaan antara Bangsa Acheh dengan sipenjajah indonesia-jawa sekarang ini hanya melemahkan tuntutan kita semata-mata sebab badan-badan dunia tidak akan mau campur-tangan dalam perkara-perkara yang tergolong dalam masalah ‘disputed history’ sebagai itu. Mencampur adukkan masalah status Kerajaan Acheh dari Ali Mughayat Syah sampai kepada Tengku Ma’at di Tiro dengan riwayat kerajaan-kerajaan Acheh yang lain adalah laksana seorang pedagang yang mencampur adukkan pemakaian dollar Amerika dengan uang palsu rupiah indonesia-jawa yang akan membawa dirinya dan perniagaannya kejurang kebangkrutan.

Hanya pemakaian hujjah sejarah yang pasti-pasti dan terbuktilah yang ada artinya dalam Hukum Internasional yang ada nilai dan pengaruhnya dalam dunia untuk membuat negara-negara/kerajaan-kerajaan lain mau mengakui kemerdekaan Acheh Kembali!

Negara Sambungan

(A Successor State)

source image: isgeschiedenis.nl

You may also like

Leave a Comment