Home Press Release PERNYATAAN PRESS 26 DISEMBER 2021

PERNYATAAN PRESS 26 DISEMBER 2021

by admin

PERINGATAN TSUNAMI ACHEH KE-16 (26 DISEMBER 2004-26 DISEMBER 2021)

Bismillahirrahmannirrrahhim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji-pujian dari kita semua kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah menciptakan tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi, Dia yang Maha berkuasa atas segala sesuatu, yang Maha menghidupkan dan mematikan, yang Maha menentukan dan mengatur segala sesuatu. Selawat serta Salam tidak henti-hentinya siang dan malam buat Junjungan besar Penghulu alam Nabi Muhammad Ibni Abdullah, Rasulullah Sallallahu’alaihiwasallam pembawa rahmat bagi sekalian alam beserta ahli keluarga baginda, sahabat-sahabat baginda yang selalu tulus dan setia dalam keimanan dan ketaqwaan, seterusnya kepada Tabi’i Tabi’in, para ulama-ulama mutaqaddimin dan muta’akhirin yang tidak pernah lelah menghidupkan syi’ar agama Islam ke seluruh penjuru alam ini.

Gegaran gempa bumi dangkal ke-5 terbesar yang pernah ada dalam sejarah manusia berskala 9.3 SR diikuti pula dengan tragedi tsunami di Acheh pada hari Minggu 26 Disember 2004 jam 7.59 pagi boleh kita lihat dari segala macam perspektif dan dari pandangan kaca mata siapapun dengan interpretasi dan kesimpulan yang beragam. Tragedi menyedihkan dan memilukan hati ini menelan korban jiwa lebih dari 200,000 orang dalam sekelip mata. Kita sama-sama mengirimkan Al-Fatihah keupada semua korban dan semoga mereka termasuk kedalam para syuhada.

Pada waktu yang bersamaan juga, Acheh waktu itu sedang dalam konflik politik perjuangan bangsa Acheh yang sudah berjalan selama 28 tahun waktu itu yang dipimpin oleh Tengku Tjhik di Tiro Hasan Muhammad melawan pemerintahan kolonialis “indonesia-jawa”. Dan di waktu yang bersamaan juga pihak “indonesia-jawa” telah mengambil langkah-langkah brutal dan barbar untuk menghapuskan barisan perjuangan kemerdekaan Bangsa Acheh dengan mengeluarkan beberapa perintah operasi militer dan darurat termasuklah Operasi Terpadu dengan menerapkan Darurat militer pada tahun 2003 sehinggalah ditukar kepada Darurat Sipil pada tahun 2004.

Selama setahun lebih operasi militer dan status darurat berlaku di Acheh, telah terjadi pelanggaran dan pemerkosaan hak asasi manusia secara massal terhadap warga sipil di seluruh Acheh oleh pihak anggota aparat, anggota penegakan hukum serta oleh kelompok-kelompok milisi non-Acheh khususnya di bahagian tengah dan di Barat Selatan. Setiap hari tanpa ada hentinya terjadi penangkapan, penembakan, pembantaian, pemerkosaan, pengurungan, penghilangan, penyiksaan dan yang lain-lain semacam dengannya. Ada sejumlah besar juga jasad para korban tidak ditemukan dan tidak diketahui apakah masih hidup atau sudah meninggal dunia sampai ke hari ini. Di sisi Undang-Undang Internasional dan Undang-Undang Hak Asasi Manusia Internasional, kejahatan peperangan ini sangat jelas bertentangan dengan kesepakatan dalam Covention Geneva Ke-4.

Malah dari sisi hukum dan aturan perang juga, perlakuan brutal dan di luar batas peri kemanusiaan oleh aparat keamanan serta aparat penegakan hukum ke atas kelompok masyarakat bersenjata yang menggunakan hak mereka sesuai ketentuan Hak Menentukan Nasib Diri Sendiri juga adalah sangat bertentangan dengan Undang-Undang Hak Asasi Manusia Internasional sepertimana yang tertuang dalam Convention Geneva Ke-4.

Sejarah tidak dapat kita hapuskan yang kenyataannya begitu setelah terjadinya Tsunami di Acheh, pihak penjajah “indonesia-jawa” tidak membantu sama sekali. Aparat militer penjajah yang begitu banyak di Acheh pada masa itu menghalang pihak keluarga untuk mencari jenazah-jenazah mereka yang terkorban. Malah bantuan dari luarpun mereka hambat dengan alasan keamanan. Ini adalah alasan yang mereka buat-buat untuk menutupi kekejaman mereka terhadap Bangsa Acheh yang telah mereka lakukan selama beberapa kurun waktu kebelakangan. Jika orang luar masuk ke Acheh dengan segera, maka tembelang mereka akan terkeluar dengan jelas. Inilah suatu penipuan yang disengaja dan ditutup-tutupi dengan topeng alasan “keamanan”.

Selama 3 hari berturut-turut mereka menutup Acheh dari pihak internasional setelah terjadinya Tsunami. Sangat kita sesali pada waktu itu beribu-ribu orang yang cedera parah tidak mendapat bantuan dan lebih dari setengah yang cedera parah itu meninggal karena tiada bantuan. Barulah setelah ada tekanan dari Internasional baru mereka membuka keran untuk membantu para korban. Itupun wajib melalui Jakarta dan sudah pasti mereka akan memotong bantuan tersebut –memang sifat pencuri tidak bisa lari dari perbuatannya- untuk mereka sendiri lalu selebihnya baru sampai ke Acheh. Bagaimana surat-surat kabar di dunia luar pada waktu itu memuat pada muka depan surat kabar mereka tentang bantuan dunia internasional tidak sampai ke tujuan di Acheh. Penjajah ‘jawa’ tidak malu malah bangga dengan cara mereka. Budak sahaya yang tidak beradab.

Tragedi gempa bumi dan gelombang tsunami yang sudah terjadi dapat menjadi renungan dan introspeksi untuk kita semua .

Akhirul kalam, mari sama-sama kita hadiahkan Al-Fatihah kepada semua korban Tsunami dan juga pejuang2 GAM yang gugur. Semoga mereka di terima segala amalannya dan diampunkan segala dosa oleh Allah Yang Maha Kuasa.

Jubir GAM
Bakhtiar Abdullah
Stockholm, Swedia

You may also like

Leave a Comment